Posts

Showing posts from February, 2019

Dan oplah Aman Makmur melesat naik

Namun, orang-orang PKI menciumnya, hingga dilontarkan tuduhan bahwa Aman Makmurkorannya Partai Sosialis Indonesia (PSI), partai politik musuh buyutan PKI Mimbar Agama tiap Jumat diisi Buya Mohammad Norman dengan nama samaran Abu Hanifah. Nama-nama samaran tersebut kami perlukan, karena orang-orang itu dianggap tak bersahabat dengan penguasa masa itu, Kodam III/ 17 Agustus. Buya Norman, misalnya, adalah orang PRRI Kami berempat pun difitnah sebagai orang Masyumi, partai Islam yang sangat dimusuhi PKI. Hal ini dikarenakan saya sendiri pernah menjadi wartawan Abadi di Jakarta sejak 1952, yang memang terompet partai tersebut. Alasan untuk Saifullah Alimin karena dia putra almarhum DP Sati Alimin asal Payakumbuh, yang pernah jadi Sekretaris Pribadi Mohammad Natsir (Ketua Umum Dewan Pimpinan Partai Masyumi) ketika beliau jadi Perdana Menteri tahun 1950. Mosi integral Natsir di Parlemen untuk melebur negara federal bentukan Belanda ke dalam pangkuan Republik Indonesia mengantarkan b

PKI akibat penyelewengan Bung Karno

Mula-mula di g Sidempuan, Sumut. Lalu dipindahkan ke Malang Menerbitkan Koran "Aman Maknur Zulkifli Sulaiman. Waktu pengganyangan G30S/PKI, keduanya Dengan terbitnya Aman Malkmur masyarakat punya ba- lenyap, tidak diketahui kuburnya. caan pilihan baru. KA MI hati-hati menerima calon wartawan, sebab mana tahu ada yang punya warna tertentu. Kami rekrut mereka yang masih polos, di antaranya mahasiswa, yang belum punya pengalaman jurnalistik sama sekali. Zuiyen Rais dan Radjalis Kamil saat jadi mahasiswa jurusan sejarah IKIP Padang, merupakan karyawan pelamar pertama yang kami terima. Baru menyusul Pasni Sata, Marwan Zen, dan lain-lain. Dalam perjalanan, kami asuh mereka sejak jadi korektor sampai jadi reporter meliput berita ke mana-mana. KA MI hati-hati menerima calon wartawan Menyusul kemudian Chairul Harun, dan Boneh Sutan Mantari. Koresponden di daerah antara lain Kamardi Rais untuk Payakumbuh, Azinar Amin untuk Bukittinggi dan sebagainya. Akhirmya, semua k

Tap saat kami kumpul, mengkaji studi kelayakan

Dalam bentuk fisik mereka tidak banyak punya waktu, namun buah pikiran, gagasan-gagasan mereka sangat berarti untuk dilaksanakan. RESPONS CHAERUL SALEH Beberapa hari setelah pertemuan dengan Pak Yamin tadi, saya bersama Darmalis berhasil mencegat Chaerul Saleh di Bandara Kemayoran, sesaat setelah mengantarkan Nyonya Ratnasari Dew- istri Jepang Bung Karno-berangkat ke luar negeri. menyampaikan pesan Pak Yamin,"sapa Darmalis. akrab da, panggilan akrab kepada beliau-kami ingin bicara Oh ya, saya sudah tahu. Naiklah kalian ke mobil saya, kita a di rumah sambil makan siang," jawab Chaerul Saleh eralanan sekitar 20 menit ke rumahnya di Jalan mar, Jakarta Pusat, di atas mobil dinas menteri itu Sumatakan panjang lebar tentang rencana penerbitan di Dalam kami Sumatra Barat itu serta misi yang akan diembannya. menyampaikan pesan Pak Yamin,"sapa Darmalis Menerbitkan Koran "Amani Makmur chaerul Saleh, dan J.B. Adam yang lebih dulu pulang jadí Bupati Padang/Pariaman

Temui segera Chaerul," suruh beliau

Ya, dengan teka untuk bersama-sama dengan berbagai kekuatan lain melawan komunis dan mengangkat harga diri masyarakat. PRRI tahun 1961 akibat tidak tahan hidup Kami pulang pasca-PRRI sekitar tahun 1962, menyusul Harun Zain. Bagian ini akan saya kisahkan panjang lebar di sini. "DIBAKAR" OM YAMIN Pada suatu hari di pertengahan tahun 1962, kami-waktu itu saya redaktur pelaksana harian Semesta dan Mohammad Darmalis wartawan Kantor Berita Antara-sedang duduk- duduk di tangga Gedung Parlemen (DPR), Jalan Wahidin, Jakarta. Tangga di teras itu sehari-hari memang tempat penantian para wartawan untuk mencegat obyek berita seperti anggota DPR dan menteri. Mendadak kami disapa oleh Mr Mohammad Yamin, Menteri Penerangan. Beliau baru saja menghadiri sidang dewan legislatif: Ei, manga juo lai kalian di siko. Bagian ini akan saya kisahkan panjang lebar di sini Pulanglah ka Padang. Tahu kalian, kini 'ndak rantau lai nan batuah, tapi lah kampuang awak bana nan batuah."

Saya tak perlu mengulanginya

Sjahril menugaskan saya membawa beberapa wartawan korban pemberangusan. Antara lain Mansjur dan as dari Pedoman. Dari Nusantara I Made Subrata, dari The Ab Menganggur Koran Diberangus Sejak 1956, di kedua daerah itu ditambah Sumatra Utara, berlangsung barter komoditas hasil daerah setempat den bahan-bahan bangunan lewat Pelabuhan Telukbayur (Padang) Bitung (Sulut) dan Teluk Nibung (Sumut). Daerah dianak- tirikan. Waktu itu pembangunan lebih dipusatkan di Jawa. Ada yang menyebut gerakan itu separatis, memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, tapi sebenarnya adalah koreksi terhadap Pemerintah Pusat. Saya tak perlu mengulanginya Guna menyatukan gerakan tersebut, di Padang pertengahan bulan Februari 1958 diproklamasikan pembentukan kabinet tandingan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) pimpinan Sjafruddin Prawiranegara dengan beberapa menteri. Sejumlah pemimpin datang dari Jakarta ke Padang untuk bergabung. Begitu pula beberapa perwira seperti