Dan oplah Aman Makmur melesat naik
Namun, orang-orang PKI menciumnya, hingga dilontarkan tuduhan bahwa Aman Makmurkorannya Partai Sosialis Indonesia (PSI), partai politik musuh buyutan PKI Mimbar Agama tiap Jumat diisi Buya Mohammad Norman dengan nama samaran Abu Hanifah.
Nama-nama samaran tersebut kami perlukan, karena orang-orang itu dianggap tak bersahabat dengan penguasa masa itu, Kodam III/ 17 Agustus.
Buya Norman, misalnya, adalah orang PRRI Kami berempat pun difitnah sebagai orang Masyumi, partai Islam yang sangat dimusuhi PKI.
Hal ini dikarenakan saya sendiri pernah menjadi wartawan Abadi di Jakarta sejak 1952, yang memang terompet partai tersebut.
Alasan untuk Saifullah Alimin karena dia putra almarhum DP Sati Alimin asal Payakumbuh, yang pernah jadi Sekretaris Pribadi Mohammad Natsir (Ketua Umum Dewan Pimpinan Partai Masyumi) ketika beliau jadi Perdana Menteri tahun 1950.
Mosi integral Natsir di Parlemen untuk melebur negara federal bentukan Belanda ke dalam pangkuan Republik Indonesia mengantarkan beliau menjadi Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan RI Ma Małhyudin Hamidy pun dituduh seorang dari keluarga tasyumi, asal Padang Sibusuk, Sawahlunto/Sijunjung.
Alhamdulillah reputasi surat kabar ini cukup baik, mendapat tempat di hati masya- rakat.
Tirasnya rata-rata 20.000 eksemplar.
Kalau terbit hari Minggu mencapai 27.500 eksemplar Pernah mencapai tíras 27.000 lembar sehari, dibanding Res Publika 8.000 dan Penerangan yang hanya 3.500 lembar Peristiwa "Dukun Kutar" di Sawahlunto, mendongkrak tiras- nya.
Aman Makmurmenyatakan dukun anggota Serikat Buruh Tambang Indonesia (SBTLPKI) itu menjalankan praktek dukun hanya untuk menipu, sedang dua surat kabar lainnya meyakinkan masyarakat Kutar orang kramat yang mampu mengobati segala penyakit.
Akibat promosi dua surat kabar tersebut, pasien ber- datangan dari segala penjuru, termasuk tetangga Riau dan Jambi.
Kota kecil Sawahlunto siang malam padat calon pasien.
Setelah kedok dukun itu dibongkar Aman Makmur, kota tambang ini sepi kembali.
Lalu lintas tidak macet lagi.
KORAN-KORAN BPS Seperti saya singgung sebelumnya kami memiliki hubungan baik dengan banyak pihak.
Termasuk dengan Mayjen Harsono, Kepala Pusat Penerangan Angkatan Darat (1957-1959).
Beliau menaungi kelompok wartawan antikomunis di Ibu Kota yang selalu mengantisipasi gerak-gerik PKI bersama antek-anteknya.
Kelompok ini sebagai penegak pers Pancasila, bergabung dalam Badan Pendukung Soekarnoisme (BPS).
Di mata umum BPS adalah suatu organisasi tanpa bentuk, tidak punya AD/ ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga), tanpa atu tanda anggota segala, namun mempunyai komitmen Rpn untuk menyelamatkan Pancasila dari rongrongan PKI narnya memiliki susunan pengurus sebagai berikut Adam Malik, Wakil BM Diah, Soemantoro, Junus Lubis, ris Umum Drs.
Asnawi Said, Bendahara Soenarjo BPS sebenarn etua Menerbitkan Koran "Aman Makmur Akhirnya, setiap surat kabar yang memuat artikel Sayuti Melik tersebut diberangus untuk masa yang tidak ditentukan oleh Menteri Penerangan Achmadi.
Nama-nama samaran tersebut kami perlukan, karena orang-orang itu dianggap tak bersahabat dengan penguasa masa itu, Kodam III/ 17 Agustus.
Buya Norman, misalnya, adalah orang PRRI Kami berempat pun difitnah sebagai orang Masyumi, partai Islam yang sangat dimusuhi PKI.
Hal ini dikarenakan saya sendiri pernah menjadi wartawan Abadi di Jakarta sejak 1952, yang memang terompet partai tersebut.
Alasan untuk Saifullah Alimin karena dia putra almarhum DP Sati Alimin asal Payakumbuh, yang pernah jadi Sekretaris Pribadi Mohammad Natsir (Ketua Umum Dewan Pimpinan Partai Masyumi) ketika beliau jadi Perdana Menteri tahun 1950.
Mosi integral Natsir di Parlemen untuk melebur negara federal bentukan Belanda ke dalam pangkuan Republik Indonesia mengantarkan beliau menjadi Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan RI Ma Małhyudin Hamidy pun dituduh seorang dari keluarga tasyumi, asal Padang Sibusuk, Sawahlunto/Sijunjung.
Tirasnya rata-rata 20.000 eksemplar
Demi- Menerbitkan Koran "Aman Makmur" Perti-Siradjuddin Abbas, bersorak-sorak penuh intimidasi di muka kantor Aman Makmur Jalan Damar BAGUS REPUTASINYA Reputasi Aman Makmur cukup bagus.Alhamdulillah reputasi surat kabar ini cukup baik, mendapat tempat di hati masya- rakat.
Tirasnya rata-rata 20.000 eksemplar.
Kalau terbit hari Minggu mencapai 27.500 eksemplar Pernah mencapai tíras 27.000 lembar sehari, dibanding Res Publika 8.000 dan Penerangan yang hanya 3.500 lembar Peristiwa "Dukun Kutar" di Sawahlunto, mendongkrak tiras- nya.
Aman Makmurmenyatakan dukun anggota Serikat Buruh Tambang Indonesia (SBTLPKI) itu menjalankan praktek dukun hanya untuk menipu, sedang dua surat kabar lainnya meyakinkan masyarakat Kutar orang kramat yang mampu mengobati segala penyakit.
Akibat promosi dua surat kabar tersebut, pasien ber- datangan dari segala penjuru, termasuk tetangga Riau dan Jambi.
Kota kecil Sawahlunto siang malam padat calon pasien.
Setelah kedok dukun itu dibongkar Aman Makmur, kota tambang ini sepi kembali.
Lalu lintas tidak macet lagi.
Dan oplah Aman Makmur melesat naik
Dan oplah Aman Makmur melesat naik.KORAN-KORAN BPS Seperti saya singgung sebelumnya kami memiliki hubungan baik dengan banyak pihak.
Termasuk dengan Mayjen Harsono, Kepala Pusat Penerangan Angkatan Darat (1957-1959).
Beliau menaungi kelompok wartawan antikomunis di Ibu Kota yang selalu mengantisipasi gerak-gerik PKI bersama antek-anteknya.
Kelompok ini sebagai penegak pers Pancasila, bergabung dalam Badan Pendukung Soekarnoisme (BPS).
Di mata umum BPS adalah suatu organisasi tanpa bentuk, tidak punya AD/ ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga), tanpa atu tanda anggota segala, namun mempunyai komitmen Rpn untuk menyelamatkan Pancasila dari rongrongan PKI narnya memiliki susunan pengurus sebagai berikut Adam Malik, Wakil BM Diah, Soemantoro, Junus Lubis, ris Umum Drs.
Asnawi Said, Bendahara Soenarjo BPS sebenarn etua Menerbitkan Koran "Aman Makmur Akhirnya, setiap surat kabar yang memuat artikel Sayuti Melik tersebut diberangus untuk masa yang tidak ditentukan oleh Menteri Penerangan Achmadi.
Comments
Post a Comment