PKI akibat penyelewengan Bung Karno
Mula-mula di g Sidempuan, Sumut.
Lalu dipindahkan ke Malang Menerbitkan Koran "Aman Maknur Zulkifli Sulaiman.
Waktu pengganyangan G30S/PKI, keduanya Dengan terbitnya Aman Malkmur masyarakat punya ba- lenyap, tidak diketahui kuburnya.
caan pilihan baru.
KA MI hati-hati menerima calon wartawan, sebab mana tahu ada yang punya warna tertentu.
Kami rekrut mereka yang masih polos, di antaranya mahasiswa, yang belum punya pengalaman jurnalistik sama sekali.
Zuiyen Rais dan Radjalis Kamil saat jadi mahasiswa jurusan sejarah IKIP Padang, merupakan karyawan pelamar pertama yang kami terima.
Baru menyusul Pasni Sata, Marwan Zen, dan lain-lain.
Dalam perjalanan, kami asuh mereka sejak jadi korektor sampai jadi reporter meliput berita ke mana-mana.
Koresponden di daerah antara lain Kamardi Rais untuk Payakumbuh, Azinar Amin untuk Bukittinggi dan sebagainya.
Akhirmya, semua karyawan berjumlah lebih kurang 60 orang, karyawan redaksi dan tata usaha.
KAMI membina hubungan dengan siapa saja terutama tokoh orang awak antikomunis di Jakarta.
Begitu pula dengan mereka di daerah sendiri yang mempunyai keprihatinarn terhadap situasi dan kondisi Sumatra Barat.
Kami dekati mereka yang baru "turun gunung" setelah pengampunan, diajak berdialog dalam upaya mere- uabilitasi mental, dan menegakkan kembali harga diri mereka.
tantara lain Mayor Abu Nawas, mantan Komandan yang kami kenal waktu beliau Perwira AD, wakil Pak Harsono di Pusat Penerangan pRetan Darat.Tahun 1958 beliau pulang, bergabung dengan pula dengan mantan Kapten Azwar Datuk g, lebih dikenal dengan nama Azwar Tontong.
Waktu beroleh Sebut Batalion Pagaruyung Pers Begitu nasih aktif dan dalam usia muda, tampaknya beliau seperti i perwira yang diandalkan.
Dalam bahasa Belanda seoran disebut haantje de voorste hereka hemat memahami isi hati mereka yang kalah.
Pada hari-hari besar tertentu kami minta kata sambutan beliau: biasanya dengarn kepala surat berbintang empat disertai tanda tangan beliau Kami sering melakukan konsultasi tentang jurnalistik dengan Uda Cian-panggilan akrab pada wartawan senior Rosihan Anwar.
Beliau malah kemudian jadi pembantu tetap (guest editor) surat kabar tersebut.
Menulis khusus mengenai peranan adat Minangkabau yang dikaitkan dengan masalah- masalah pembangunan dan modernisasi, sesuatu yang belum biasa dibicarakan pada saat itu.
Beliau pakai nama samaran Muttaga'id (orang yang sedang berdiam diri).
Nama terang Rosihan Anwar waktu itu tidak bisa dimunculkan, karena beliau dimusuhi pemerintah Orde Lama.
Lalu dipindahkan ke Malang Menerbitkan Koran "Aman Maknur Zulkifli Sulaiman.
Waktu pengganyangan G30S/PKI, keduanya Dengan terbitnya Aman Malkmur masyarakat punya ba- lenyap, tidak diketahui kuburnya.
caan pilihan baru.
KA MI hati-hati menerima calon wartawan, sebab mana tahu ada yang punya warna tertentu.
Kami rekrut mereka yang masih polos, di antaranya mahasiswa, yang belum punya pengalaman jurnalistik sama sekali.
Zuiyen Rais dan Radjalis Kamil saat jadi mahasiswa jurusan sejarah IKIP Padang, merupakan karyawan pelamar pertama yang kami terima.
Baru menyusul Pasni Sata, Marwan Zen, dan lain-lain.
Dalam perjalanan, kami asuh mereka sejak jadi korektor sampai jadi reporter meliput berita ke mana-mana.
KA MI hati-hati menerima calon wartawan
Menyusul kemudian Chairul Harun, dan Boneh Sutan Mantari.Koresponden di daerah antara lain Kamardi Rais untuk Payakumbuh, Azinar Amin untuk Bukittinggi dan sebagainya.
Akhirmya, semua karyawan berjumlah lebih kurang 60 orang, karyawan redaksi dan tata usaha.
KAMI membina hubungan dengan siapa saja terutama tokoh orang awak antikomunis di Jakarta.
Begitu pula dengan mereka di daerah sendiri yang mempunyai keprihatinarn terhadap situasi dan kondisi Sumatra Barat.
Kami dekati mereka yang baru "turun gunung" setelah pengampunan, diajak berdialog dalam upaya mere- uabilitasi mental, dan menegakkan kembali harga diri mereka.
tantara lain Mayor Abu Nawas, mantan Komandan yang kami kenal waktu beliau Perwira AD, wakil Pak Harsono di Pusat Penerangan pRetan Darat.Tahun 1958 beliau pulang, bergabung dengan pula dengan mantan Kapten Azwar Datuk g, lebih dikenal dengan nama Azwar Tontong.
Waktu beroleh Sebut Batalion Pagaruyung Pers Begitu nasih aktif dan dalam usia muda, tampaknya beliau seperti i perwira yang diandalkan.
Dalam bahasa Belanda seoran disebut haantje de voorste hereka hemat memahami isi hati mereka yang kalah.
PKI akibat penyelewengan Bung Karno
Namun, ul PKI akibat penyelewengan Bung Karno merang- wajar diangkat ke permukaan kembali, sebab a berontak Menerbitkan Koran "Aman Makmur Ada pula yang mengira kami dekat dengan Jenderal Abdul Haris Nasution lewat juru bicara Kolonel Jusuf Siradj karena KSAB (Kepala Staf Angkatan Bersenjata) ini memberikan kata sambutan pada penerbitan perdana.Pada hari-hari besar tertentu kami minta kata sambutan beliau: biasanya dengarn kepala surat berbintang empat disertai tanda tangan beliau Kami sering melakukan konsultasi tentang jurnalistik dengan Uda Cian-panggilan akrab pada wartawan senior Rosihan Anwar.
Beliau malah kemudian jadi pembantu tetap (guest editor) surat kabar tersebut.
Menulis khusus mengenai peranan adat Minangkabau yang dikaitkan dengan masalah- masalah pembangunan dan modernisasi, sesuatu yang belum biasa dibicarakan pada saat itu.
Beliau pakai nama samaran Muttaga'id (orang yang sedang berdiam diri).
Nama terang Rosihan Anwar waktu itu tidak bisa dimunculkan, karena beliau dimusuhi pemerintah Orde Lama.
Comments
Post a Comment